l. Masalah : Rendahnya akses dan kepemelikan Jamban Sehat di Desa X menurut Data Petugas Kesehatan di Desa.
2. Kebutuhan Masyarakat : Jamban Sehat
3. Kebijakan : Pembangunan WC dengan Jamban Sehat 1 (satu) buah di desa tersebut.
4. Implementasi :
Telah dibangun 1 Buah WC dan 1 buah Terminal Air Bersih Pompa Tangan. Jaraknya sekitar 100 meter antara MCK dan Terminal Air Bersi, sehingga WC tersebut tidak tersedia air kecuali masyarakat menampung air di Terminal Air dan membawa dengan ember ke WC. Masyarakat jarang dan bahkan tidak lagi memanfaatkan WC tersebut, terakhir saya melihat kondisi fisik WC tersebut sudah kotor dengan sampah dedaunan dan berdebu menjadi tanda bahwa WC itu tidak digunakan warga. Warga tetap pada kebiasaan mereka yaitu Buang Air Besar Sembarangan (BABS)
Analisa saya tentang mengapa WC tersebut tidak digunakan dan keadaan fisik bangunan tidak terurus yaitu pembangunan WC ini tanpa didahului penyuluhan kepada warga tentang pentingnya BAB pada tempatnya yaitu jamban sehat. Penyuluhan dapat dilakukan di balai desa, pertemuan - pertemuan warga dan proses mengajar di sekolah bisa diberikan materi yang aplikatif serta edukatif bukan hanya teori saja. Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menggunakan WC untuk Buang Air Besar (BAB) sehingga mereka memiliki kebiasaan BABS (Buang Air Bersih Sembarang) di sungai yang lokasinya berada di belakang rumah warga, ditambah dengan WC yang dibangun memiliki air yang terletak tidak praktis menyebabkan WC tersebut tidak digunakan dan sangat kotor sehingga saya menyimpulkan program tersebut tidak efektif dan efisien. Dana yang dikeluarkan sudah cukup besar, namun tidak menghasilkan dampak yang diharapkan.
Pemikiran saya, perlu program yang efektif, efisien dan sustainable untuk memecahkan masalah tersebut. Sebaiknya masyarakat diberikan penyuluhan yang memadai tentang pentingnya tidak BABS terhadap kesehatan individu, masyarakat dan lingkungan. Diberikan pelatihan dan praktik tentang cara membuat WC sederhana dan memenuhi syarat kesehatan secara mandiri atau kelompok dengan memanfaatkan kemampuan lokal desa tersebut. Pasir sungai, batu, kayu dan papan mudah diperoleh masyarakat di desa, karena mereka tinggal di daerah yang kaya akan sumber air, sungai, kayu, bambu dan hasil alam lainnya. Semen bisa diusahakan bersama ataupun mendapat bantuan dari pihak swasta/ warga yang mampu bahkan melalui anggota DPR yang didukung oleh warga desa tersebut beberapa waktu yang lalu.
Hal ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku membuat kloset leher angsa dengan mal yang telah dibuat oleh pelatih, petugas kesling, tenaga ahli atau puskesmas. Masyarakat di desa tersebut juga pada umumnya mampu membangun rumah sederhana mereka sendiri, sehingga bukan hal yang sulit untuk membangun sebuah WC sederhana di rumah mereka. Jika hal ini diterapkan maka program ini menurut saya efisien karena dana yang dikeluarkan untuk program penyuluhan atau pelatihan dan praktik dapat menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi aktif menjadi bagian problem solving masalah desa mereka. Manfaatnya sangat besar dibandingkan dengan dana yang dikeluarkan. Program ini juga dapat sustainable karena masyarakat memiliki bahan baku lokal yang bisa dimanfaatkan dan telah dibekali pengetahuan serta skill untuk membuat WC sendiri sehingga praktis dan ekonomis untuk dilakukan. Program ini dapat meningkatkan permintaan warga atas kebutuhan WC di rumah mereka. Dilihat dari problem dan kebutuhan masyarakat, maka program ini dapat menjawab kebutuhan mereka.
Referensi :
ANTULI, N. L. A. (2014). Faktor Determinan Yang Mempengaruhi Perilaku Buang Air Besar Di Desa Sogu Kecamatan Monano Kabupaten Gorontalo Utara (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Gorontalo).
Pebriani, R. A., Dharma, S., & Naria, E. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Jamban Keluarga Dan Kejadian Diare Di Desa Tualang Sembilar Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2012. Lingkungan dan Kesehatan Kerja, 2(3).
Satyani, H. A. (2013). Analisis Kepuasan Masyarakat Terhadap Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Di Dusun Muntigunung, Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem Tahun 2012. Community Health, 1(2).
Catatan : Tulisan ini dipublikasikan sebagai tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Perilaku
By Ni Ketut Hesti
No comments:
Post a Comment